7

23 Jam Proses bertemu Jani #End

Pada akhirnya...
Kita akan dapatkan apa yang kita usahakan
Kita akan jalani apa yang kita percayai

Dan saya berhasil mendapatkan apa yang saya cita-citakan, dengan dorongan mereka yang terkasih saya bisa melahirkan secara normal. Saya menikmati masa-masa berjuang, saya menikmati masa-masa Inisiasi Menyusu Dini (IMD), saya menikmati semua yang saya percayai. 

Terima kasih Allah untuk semua episod hidup yang harus lebih banyak lagi saya syukuri
Terima kasih Yanda untuk pendampingan dan cintanya
Terima kasih Bapak, Ibu, Mama, Papa yang telah mendoakan dari jauh
Terima kasih putri tercinta kami, Vidita Rinjani Zulkarnain, telah memilih kami sebagai malaikatmu di bumi





Bidan Tio Debora, Am.Keb -bidan baik hati kepunyaan RS Borromeus yang membantu proses lahiran sehingga lahiran saya menjadi indah dan bahagia untuk dikenang



0

23 Jam proses bertemu Jani #Part2

Suami pamit untuk shalat maghrib...meninggalkan saya yang sedang merenung...
Merenungi kenapa saya tidak berjuang dari pagi tadi, mengapa tega para suster menggosipkan saya karena saya yang banyak tahu perihal induksi dan mereka merasa saya bandel untuk menolak induksi.

Saat petugas membawa makanan datang dan bertanya apakah makanan akan dirapihkan karena memang belum ada yang saya makan, semuanya masih terbungkus plastik wrap. Saya meminta tolong untuk diambilkan baki makanan itu, dan seperti orang yang tidak makan berhari-hari, saya makan, saya mau berjuang, saya mau melahirkan Jani dengan normal, saya mau suami tidak khawatir, saya mau berjalan agar bukaan ini bertambah. 
Lahap saya makan, dan sepulangnya suami dari shalat, saya salami dia seperti biasa sambil bilang (tentunya pakai air mata) saya mau berjuang  untuk lahiran normal, dan minta ditemani untuk berjalan-jalan agar bukaan saya nambah. Dan suami mendekap penuh semangat, dan berbisik, ayo....kamu pasti bisa. Dan sambil masih mendekap erat, suami mengajak bercanda dengan bilang: Wah, baki makannya bersih uy, ada yang mamam hebat ya! I love you....Endingnya ya berpelukan yang kemudian suami rapihkan sarung saya, karena biar lekukan badan saya yang walaupun sudah pakai daster gombrong itu tidak kelihatan.

Kami berjalan menuju food court, dan suami izin lagi untuk shalat isya, sembari saya menunggu saya baca-baca lagi kumpulan chat dari grup ABC 14 yang terus bertanya keadaan kami dan tak henti-henetinya menyemangati dan berdoa.. I heart you, guys :*
Suami selesai shalat dan lanjut menemani saya menaiki tangga dan menuruni tangga, jalan putar sana-sini setia sekali menggandeng dan sesekali memapah saya. Malam itu serasa kamilah bintang disana :) Tak terasa langkah kaki ini menapaki ruang lobby RS yang disana banyak kursi tamu tempat mereka berkumpul menyambut tamu atau duduk santai. Duduk sebentar, sesekali merasakan mules yang aduhai, berlatih mengatur nafas, yang lagi-lagi suamilah coach terbaik saya. Karena sudah berjam-jam dan sudah jam 10.00 malam, suami mengajak saya kembali ke ruang VK. Disana sudah ada satu suter yang sedari tadi bolak-balik kamar saya rupanya.
Dengan senyum terkembang, ia menghampiri kami: Wah, jalan-jalan ya, sudah semangat lagi kan Ibu, harus semangat ya harus bahagia! Itulah kalimat pertamanya yang membuat saya jatuh cinta. Suster lakukan CTG dan cek bukaan, dan waw sudah 6 masuk 7 lho! Ayo Ibu pasti bisa ya, semangat! Karena memang tidak mau induksi jadi bapak harus tandatangani form ini, tapi tenang, saya yakin ibu bisa lahiran normal dan bahagia. Ini proses bukaannya sudah mulai bagus, semangat gerak berdiri jongkok biar semakin cepat bukaannya.

Adrenalin saya seakan bangkit lagi, saya katakan ke suami: Semoga Allah izinkan saya lahiran dengan suster ini, saya suka sekali perlakuan lembutnya. Dia tidak memarahi, bahkan tidak sedikitpun mematahi semangat saya. Ayo bantu saya lagi untuk bergerak. Suami menyemangati dan ya namanya juga suami saya manusia biasa, sudah habis energinya seharian ini, ia pamit tidur, dan berpesan, kalau pengen ngeden, coba tarik tangannya saja biar keinginan ngeden hilang akrena memang belum boleh. Ditinggal tidur, saya berjuang dengan mules, mules datang, saya atur nafas, menarik tangan suami dan karena terlihat jelas ia sangat lelah, saya alihkan dengan menarik pinggir ranjang, meliuk-liuk seglaa gaya agar kontraksi hebat ini bisa berujung bukaan naik.

Suster datang tiap jam, suami kadang terbangun dan tertidur lagi sampai pada pemeriksaan di jam 00.30 bahwa bukaan saya sudah sampai di angka 8,,, Ya Allah angka 8 menuju 9 dan menuju lengkap..mudahkan Ya Allah,,mudahkan!
Suami bangun terpaksa karena suster sudah mulai memasukkan alat perang,hehehhe yang isinya segala gunting, infus, tong sampah medis, karpet, kapas, dllnya dan yaaa satu lg yang membahagiakan, suster sudah siapkan boks bayi yang lampu pemanasnya sudah dinyalakan, haru semakin menjadi dan semakin semangat ku hadapi mules. Jam 1 bukaan sudah 9 dan hanya seperempat jam bukaan lengkap.

Aku sudah disiapkan dengan posisi mengangkang, dibaringkan dengan setting-an tempat tidur yang agak ditinggikan. Ada gunting yang siap merobek sesuatu tapi sudah terpikirkan lagi akan berapa jahitan, yang jelas akan segera tiba waktu bersama si kecil kami. Ohya, ketuban saya juga ikut digunting dan wow, airnya masih bening dan banyak sampai-sampai si suster nyaris bajunya basah kesemprot air ketuban. Dan sekarang ngeden sudah dibolehkan tapi pakai aturan, jadi kalau rasa ngeden datang, saya harus mengeden dengan sekali nafas, tidak boleh dua kali, beberapa momen ngeden terlewati begitu saja karena memang masih belajar ya sodara-sodara,hehehehe. Rasa ngeden datang, saya disemangati dengan teriakan ayo bu itu rambutnya udah terlihat, pun suami ikut-ikutan menyemangati, iya bener itu rambutnya (ps: ternyata suami tidak jelas melihat rambut Jani, itu sekedar ikut-ikutan menyemangati saja -___-), ngeden lagi namun masih pendek, dan tibalah ngeden panjang dan disuruh ambil nafas lagi biar ngeden kuat dan katanya bayinya udah mau meluncur, dan terakhir saya disuruh batuk, dan saking terbawa suasana layaknya di stadion itu, saya lupa bagaimana cara batuk hahahahha. Dan suami ajari saya batuk: uhuk,,,lalu terasa kaki kecil menendang jalan keluar, dan lahirlah putri pertama kami. Tepat di pukul 02.13 am 23 Agustus 2014 dengan berat 2.680 dan panjang 48cm.

                                             
   
0

23 Jam proses bertemu Jani #part1

Okay, kita mulai saja cerita agak-agak kurang patut dicontoh di jam demi jam yang saya lalui untuk proses bertemu Jani.

Jadi tanggal 21/08/2014 dini hari sekitar pukul 01.00 am, perut saya mules, mulesnya ini 11-12 seperti mules datang haid atau sakit perut ringan. Masih bisa diakalin sama tidur yang sesekali saya minta dipijitin suami di bagian punggung dan pinggang. Mulai jam 04.00 am sakitnya mulai agak sering nih, dipijitin pakai tenaga sebelumnya udah gak berasa, jadilah minta ditambahin kekuatan pijitnya, dan suamipun bangun untuk benar-benar fokus mijitin saya. Ohya, sedari mulai hamil, saya dan para mama lainnya yang dipertemukan di Urbanmama membuat grup due date August 2014 disanalah tempat saya berbagi segala keluh kesah, sedih gembira selama hamil. Dan pagi itupun saya masih sempat laporan bahwa saya mules yang berikutnya dilanjutkan suami saya yang chat dengan para mama ABC 14 karena saya tertidur menahan mules. Senyum-senyum baca chat suami saya, karena beliau curhat bahwa saya malah tidur bukan bergerak seperti yang disarankan dan jawaban para mama kompak: Tidak apa-apa,pak. Biarkan mama devi tidur untuk himpun tenaga, InsyaAllah tenaganya itu untuk dia berjuang bertemu bayi nanti.

Subuh masih bisa shalat dan masih berencana untuk berangkat ke kantor, karena memang saya bilang ke Bos untuk ambil cuti pas memang sudah brojol jadi 3 bulan cuti mau post-lahiran. Tapi setelah berpakaian rapi dan siap ke kantor, tepatnya saat sarapan (yang entah kenapa perut saya pedih, sarapan pakai udang tahu masak kuning santan). Dan rikueslah saya ke suami untuk tidak berkantor dan minta diantarkan ke rumah sakit. Awalnya mau naik motor, ya naik motor, karena saya mau sensasi ajlug-ajlugan, tapi dilarang keras: Nanti kalau di jalan mulesnya datang bisa jatuh saking mulesnya, begitu kata suami. Jadilah kami memesan Taxi, AA Taxi tepatnya. Hatur nuhun untuk pelayanan yang super cepat, terlebih pas dikasih tahu saya mau lahiran, operator pemesanannya langsung sigap.

22/08/2014 09.00 am sampai di RS.Borromeus, langsung masuk ke ruangan k3, VK, untuk diobservasi apakah ini bukaan atau kontraksi palsu. Satu minggu sebelumnya saya periksa dalam untuk cek panggul saya apakah lebar atau sempit atau cukup untuk jalan lahir dan Alhamdulillah lebar panggul saya cukup. Dan seteleah tangan suster masuk ke bagian dalam vaginam untuk cek, benar saja, ini sudah bukaan 1 kalau sedang mules sudah bukaan 2. Artinya bisa dipastikan beberapa jam lagi saya akan bisa bertemu peri kecil yang sudah kami nanti 9 bulan ini. Suster menyarankan untuk jalan-jalan di sekitar RS biar membantu pembukaan dan mengurangi mules, suamipun menyarankan begitu, tapi yang namanya mules itu berhasil bikin saya menolak segala tawaran dan hanya mau berbaring, ya berbaring sambil bolak-balik kanan-kiri untuk cari posisi enak.

1 jam berlalu SOP di ruang VK ini adalah cek detak jantung janin dan cek bukaan. Hasil CTG sangat bagus, artinya bayi tidak kekurangan oksigen, namun sayang bukaan saya baru bertambah 1. Kecewa tentu saja tidak, karena saya yakin proses kelahiran tiap-tiap bayi itu istimewa dan tidak bisa disamakan satu dengan lainnya. Saya terus berusaha yakinkan diri bahwa saya mau membawa Jani melihat bumi dengan bahagia, tanpa paksaan dan maka dari itu sayapun harus melahirkannya dengan bahagia *hahahhaha hasil hypnobirthing banget ini ya*.

Hal yang menyeramkan adalah, ketika di kamar observasi yang memang dalam satu ruangan hanya dipisah tirai, ada lebih dari satu ibu-ibu yang siap lahiran. Sebelah saya itu, ibu-ibu yang badannya bagus, tapi sayang dia harus menerima nasibnya bahwa panggulnya kecil dan bayi sudah terlilit tali pusar saat mencoba ngeden, maka harus segera SC(sectio Caesaria). Dan saya yang di sebelahpun merinding berdoa khusuk biar Ibu dan bayinya selamat begitupun dengan saya dan bayi T____T. Ibu itu keluar dan datanglah Ibu lain yang kali ini lebih kalem dari saya, bukaannya lancar dan siap masuk ruang tindakan.
Hypnobirthing memang penting di saat genting ting ting ting seperti ini. Saya anteng sampai di jam 3 masih bukaan 4. Suster sudah berganti shift dan sampailah saya dibawa ke kamar tindakan, biar tenang katanya dan suami sudah selesai mengurusi administratif untuk saya agar dirawat inap. 



Saya memilih lahiran ditangani bidan dan tetap dipantau oleh dokter, karena begitulah SOP di RS Borromeus. Jam 6, sore itupun nampaknya masih bernuansa abu-abu bagi saya, bagaimana tidak, suster datang dan dengan galak bilang: Pak,Bu, kata dokter sebaiknya dilakukan induksi karena sudah tidak lazim sampai jam 6 yang artinya sudah 8 jam dari masuknya saya ke ruang VK belum sampai bukaan 7. Bagaimana,pak, bu? Jika setuju saya akan bawa alat induksinya ke dalam.

Saya yang memang banyak mencari tahu dan membaca tentang induksi, dan memang cerita teman-teman yang induksi, sakitnya bisa berlipat-lipat dibandingkan yang biasa dan itulah yang menakut-nakuti saya, karena saya tidak mau kesakitan. Pun suami tidak mau melihat saya menderita. Suster bolak-balik melakukan hal yang sama CTG-Cek bukaan-menawari induksi. Nyali saya mulai menurun, tadinya sibuk memikirkan mules sekarang saya sibuk memikirkan induksi, dan air mata bercucuran. Saya menangis di pelukan suami, untuk minta SC saja T___T Terlihat jelas guratan di wajah suami yang lelah menunggui saya dari mulai saya mules dan lelah menyemangati saya untuk bergerak dan mungkin lelah dengan ketakutan saya. Tapi saya lihat sosoknya yang kuat dan Ia selalu ingin berikan yang terbaik untuk saya. Dalam dekapannya lirih saya dengar: Ya, tenang, akupun gak mau kalau sampai diinduksi, karena mentalmu sudah menolak induksi, tapi jikalau SC harus kita tempuh, aku siap. Bukan menjadi tenang, saya malah semakin dibayang-bayangi dengan angka angka yang berseliweran di kepala karena memang persiapan kami bukan untuk SC dan pantang bagi saya untuk ganggu keuangan kami tanpa alasan yang jelas, sedih rasanya jikalau saya SC, karena memang tidak ada hal yang berarti yang membuat saya harus di-SC, kalaupun saya akan SC, sayalah yang harus disalahkan, karena tidak berjuang! Itulah pikiran yang berkecamuk saat itu.
Dan disinilah saya berjuang......

2

Ibu hamil mendaki gunung Rinjani #part 1

Bismillah...Maha suci Engkau wahai Maha Pencipta alam semesta yang begitu indah :)


Hayhayhallo \(^o^) Apa kabar semuanya?
Semoga sehat-sehat selalu ya,kawan! Dalam diam, saya kadang sesekali berjalan-jalan ke rumah mayamu, walau tak meninggalkan jejak.

Hari ini, putri kami sudah menapaki usia 7 bulan 10 hari sejak kelahirannya, subhanallah rasanya diberi nikmat menjadi seorang Ibu. Kami jadi punya guru kecil, ya siapa lagi kalau bukan Rinjani, putri pertama kami.

Lupa tepatnya di usia kandungan berapa weeks, yang pasti usia kehamilan sudah lewat 5 bulan. Saya dan Suami, mendaki gunung Rinjani...! Yeay akhirnya,hehehehhe

Cerita punya cerita, kami menjadikan perjalanan ke Rinjani ini sebenarnya iseng, karena saya sudah memesan tiket di akhir tahun 2013 ke Bali, dipikir-pikir kenapa gak langsung tembak ke Lombok aja, tinggal nyeberang aja gitu,kan? Belum perlu lah pakai pesawat bali-lombok, karena memang sudah menghitung hari cuti *padahal hemat*.

Singkatnya, kamipun berangkat dengan semangat. Mulai dari check up jabang bayi yang Alhamdulillah udah mulai putar posisi kepala sudah di arah jarum jam di angka 2, kemudian pastinya belanja makanan super sehat (no mie instan), memperbanyak buah *niat bener bawa pir xiang lie 3kg*, dan tentunya perlengkapan mendaki.
Kali ini pendakian terasa istimewa hahahaha ranselku cuma berisi makanan, ya makanan ringan saja, pir pun cuma dikasih 3, kalau habis baru diisi kembali, air? Ya pak suami ganteng nan bageur lah yang membawanya :D Bisa dipastikan saya tidak boleh minum air isi ulang di gunung, jadi bisa dibayangkan pak suami yang harus membawa berliter-liter air mineral untuk saya.

Sore hari take off dari bandara husein bandung--sampai bandara Ngurah Rai 5.10 WITA shalat ashar dan menunggu maghrib tiba masih di bandara Ngurah Rai--Karena sudah bisa dipastikan angkutan umum ke terminal padang bai sudah habis, kamipun akhirnya memutuskan menyewa mobil (dapat xenia dengan biaya IDR 350.000) dan kami diantarkan menuju padang bai-setiba di pelabuhan penyebrangan Padang Bai, kami membeli tiket kapal feri IDR 40.000/orang. Saat menunggu kapal datang, kami bertemu Bapak dan Ibu yang baik hati, setelah berkenalan barulah kami tahu, beliau-beliau ini baru selesai melayat di Bali, Bapak seorang polisi dan Ibu seorang Guru :)




Beruntungnya kami kebagian kapal feri yang masih kinyis-kinyis, kursinyapun masih dibungkus lho, rupanya ada pengadaan kapal baru di PT.Pelni dan masing-masing pelabuhan diberi jatah kapal baru ini. 


Kapal kinyiskinyis :)

Apa yang bumil lakukan selama di kapal? Cari kasur hahahha, beruntungnya ada penyewaan kasur disini IDR 10.000/kasur, Ah senangnya, Ibu cantik pun menyewa, sementara bapak-bapak (Suami saya dan Bapak suaminya Ibu cantik) asyik mengobrol dan sesekali mereka tertawa terbahak-bahak, maklum suami saya suka sekali bercerita dan mungkin obrolan mereka nampak seperti obrolan bapak-anak.





Apa yang saya lakukan sebelum tidur? Makan. Makan roti yang dibeli di bandara Ngurah Rai tadi dan betapa ngilernya saya ketika Ibu cantik memanggil mbak-mbak penjual jajanan dan beli pop mie. Harumnya itu lho X)) Tapi karena inget ada si munyil dalam perut ini yang artinya apa yang saya makan, dia akan makan juga, jadi terbendunglah hasrat untuk beli pop mie juga.


Dan hanya dengan waktu tempuh 4 jam (padahal biasanya 5 jam kata Ibu cantik kenalanku ini) sampailah kami di pelabuhan Lembar pukul 2.30 WITA. Hahhhhh? Masih pagi buta? Sanak saudara tidak punya, kenalan pendaki belum didapat, bagaimana ya? Disambung di part-2 yaaa :)

Total pengeluaran inti di hari pertama:
Sewa xenia Ngurah Rai-Padang Bai: IDR 350.000/mobil
Feri Padang Bai-Lembar : IDR 40.000/orang
Sewa kasur di kapal feri : IDR 10.000/kasur





Back to Top