Hallo!
Assalamu'alaikum wrwb ^_____^
Jika ada yang bertanya, boleh tidak kita menghitung pahala?
Bagi saya, boleh! Kenapa? Karena tergantung bagaimana cara dan maksud hitungan yang kita niatkan dalam menghitung pahala itu, pastinya ingat pahala sedikit, jika ada kesempatan ibadah, pasti kita langsung bergegas. Namun riskan memang, karena bisa jadi kita jadi malas ibadah hanya gara-gara merasa sudah banyak pahalanya atau ibadahnya jadi tidak ikhlas karena hanya ingin pahala, nilai iklas dan tulus karena mengharap ridhaNYA saja menjadi berkurang.
Nah, karena kalau yang namanya menghitung pahala itu riskan dengan riya', jadi lebih baik ingat dosa saja. Apalagi ini?
Ya, ingat dosa yang kita lakukan, jadi, setiap ada ladang pahala, kita berlomba-lomba disana (fastabiqul khairats).
Postingan ini karena terinspirasi seseorang. Sebut saja dia K. Berikut percakapannya:
Me: Koq mau sih capek-capek bantuin ngangkatin barang yang berat-berat tadi? Kan bisa donk angkatnya 1 saja? *ceritanya dia habis bantuin Ibu kos yang lagi pindahan perabot*
K: Gak apa-apa. Lagipula gak capek koq, bener deh *sambil senyum-senyum ala K*
Me: *diem*
K: Kamu tahu, apa guna kita mengerjakan yang sunnah, padahal kita kan sudah mengerjakan yang wajib?
Me: Ya buat nambahin pahala.
K: Bisa. Tapi sebenarnya yang lebih tepat adalah Kita lakukan kebaikan-kebaikan itu karena memang kita tidak tahu apa benar ibadah wajib yang kita kerjakan itu berbuah pahala. Apa cukup buat nutupin dosa kita. Makanya, saya gak pernah nolak jika saya bisa. Ada yang butuh bantuan ya kita bantu. Belum bisa bantu materi ya bantu dengan tenaga. Hehehhe begitu deh kira-kira.
Me: *mulai berdecak kagum, as always lah, kalau yang beginian K gak punya saingan*
Kemudian. Sore, saya dan K berkesempatan shalat di masjid Daarut Tauhid, dan mendengar tausiyah ba'da maghrib yang diisi oleh Gurunda Aa' Gym. Temanya apa? Jangan takut lakukan kebaikan walaupun itu kecil. Kenapa? Karena dari yang kecil itu akan mendatangkan pertolongan Rabb-mu. Ya, dari yang tak bernilai itu, DIA nilai dengan penilaian terbaiknya. Mungkin saja karena yang kecil itu kita dihindarkan dari sakit, fakir dan keburukan-keburukan lainnya. Aa' Gym juga menegaskan, ingatlah, sekecil apapun kezhaliman yang kita lakukan, semuanya akan kembali kepada diri kita sendiri. Itu sebuah keniscayaan.
Dilanjut lagi malam. Saya dan K menonton episod Mario Teguh, sibuk is Good. Yang paling nyess itu ketika bab ini: Ada seorang bapak mengeluh, pendapatannya berkurang ketika lokasi jualannya pindah. Apa yang diucap Mario Teguh? Coba bapak perhatikan, sebelum bapak pindah, ibadah apa saja yang bapak lakukan, berapa kali bersyukur bapak ucapkan setiap hari? Bapak pernah lihat, ada warung terpencil, yang kadang orangpun tak sadar keberadaan warung itu, tapi pengunjungnya mobil-mobil keren? Apa penjualnya berpikir lokasi menentukan rejekinya? Tidak. Sama sekali tidak, karena semua yang kita terima, sesuai dengan kepantasan yang telah kita siapkan. Pantas tidak kita menerima yang besar, ketika menerima yang kecilpun kita masih kurang bersyukur?.
Subhanllah...Tafakur H-1 menyambut hari lahir saya. Alhamdulillah wa syukurillah, Allah kembali sadarkan saya, bahwa saya milikNYA, semua ini milikNYA. Tak ada rugi sedikitpun Allah ketika hambanya malas/rajin ibadah, karena apa yang kita kerjakan akan kembali pada kita.
Barakallahu fii umrik untuk saya.. 25 di 25, semoga bertambah berkah. Umur panjang yang manfaat, itu nikmat luar biasa. Semoga dekapanNYA tidak renggang ketika saya lakukan dosa, semoga Allah tuntun selalu jika saya mulai lalai. Amiin Allahumma Amiin.
Doa yang sama untukmu juga, kawan :)
Love,
-vi^^-