2

Cara merawat clodi (popok kain)

Libur telah tiba,,,libur telah tiba,,,
Heyhey karena liburan akhir tahun dihabiskan di rumah saja yang isinya beberes rumah, camping deket rumah, main sama Jani dan yanda, boleh donk waktu luangnya buat nuntasin pe er di 2015 yang sudah siap-siap berganti jadi 2016.
Kali ini mau berbagi pengalaman menggunakan clodi aka cloth diaper aka popok kain :)

Alhamdulillah, sejak hamil Jani, saya dan yanda sepakat untuk menggunakan clodi. Mulai dari mencicil (beli satu demi satu) si clodi sampai urusan rendem cuci si clodi yang sampai hari ini masih dipakai Jani, baik yanda dan saya masih menikmati dunia perclodian ini. Alasannya simpel: go green! Hehehe dan sekarang alasan simpel ini berganti dengan: tidak hanya jaga lingkungan, tapi juga jaga dompet. Hemat,beb! Jani udah masuk 16 bulan, yang artinya sudah 16 bulan juga kami berjibaku dengan clodi.
Dan mashaAllah....beneran hemat berclodi ini ketimbang beli pospak dengan harga promo.
Walaupun sejak masuk usia 3 bulannya, Jani sesekali dipakaikan pospak jika sedang jalan-jalan agak lama.
Dan ya, karena selama liburan ini cuaca cantik banget, cuci clodi sehari kering, jadi rencana beli pospak Jani masih pending, kemarin-kemarin sejak memasuki musim penghujan, Jani dibekali pospak 1-2 lembar per hari.

Sesuai judul, saya gak akan review clodi dan brandnya di postingan kali ini ya, postingan ini khusus untuk berbagi pengalaman merawat clodi. Sampai saat ini, clodi Jani, baik cover maupun insertnya masih putih bersih, ini mungkin dipengaruhi faktor A yaitu AIR. Air di kawasan bandung bagian utara ini tergolong jernih dan bening, dan ini yang membuat warna clodi masih bertahan sesuai warna aslinya. Alhamdulillah....

Ohya sebelum lanjut, kalau ada yang bertanya, boleh gak cuci pakai mesin cuci? Saya akan memilih untuk menjawab tidak. Karena clodi ini tergantung daya serap kainnya, menggunakan mesin baik untuk mencuci, membilas ataupun mengeringkan clodi, ini akan membuat daya serap clodi menjadi menurun, sekalipun mencuci-mengeringkannya di mesin cuci menggunakan kantong jaring (clodi dimasukkan ke dalam kantong jaring khusus).

Yuk kita masuk ke bagian cara mencuci clodi:

1. Rendam di air bersih sebelum mencuci clodi
Caranya: clodi penuh ompol taruh di ember, pisahkan dulu ya insert dan covernya (bukan di ember yang berbeda) tapi untuk memastikan daya rendamnya baik, karena ada tipe clodi yang insertnya masuk dalam kantung :) isi air bersih, pastikan clodi terendam sempurna.
Jika clodi terkena pup, pastikan sebelum direndam, pupnya sudah dibersihkan dulu. Bersihin pup di clodi gampang-gampang susah di awal, tapi akan jadi mudah kalau sudah terbiasa. Caranya: buang pup ke closet, sisa pup yang masih ada sirami dengan air keran, rata-rata air keran kalau ngocor akan memberikan daya semprot yang kencang, nah, daya inilah yang kita butuh untuk nyopotin sisa-sisa pup yang melekat di clodi. Tak apa jika warna bekas pup masih ada, asalkan pupnya sudah hilang ya,momsdad!
Saya biasanya merendam clodi bisa sampai 2x ganti air. Kebetulan Jani adalah tipe bayi yang sekali pipis banyak,hehehe dan pipisnya bayi perempuan ini baunya beda banget sama bayi laki-laki aka lebih pesing, jadi 2x rendeman itu buat bikin si clodi bersih dulu dari pipis.
Berapa lama biasanya merendam? Semalaman pernah, 1 jam juga pernah.

2. Bilas clodi yang sudah direndam dengan air bersih. Isi ember dengan air bersih kemudian larutkan detergen cair sedikit saja. Next, rendam clodi 10 menit saja, untuk insert yang tidak kena pup tidak perlu dikucek, jika terkena pup, kucek pelan di bagian yang masih ada noda saja. Kenapa detergen cair? Karena detergen cair mudah larut dan tidak meninggalkan sisa-sisa bubuknya dalam clodi. Boleh pakai detergen khusus bayi? Sebaiknya tidak, karena detergen khusus bayi biasanya mengandung pelembut, pelembut ini akan mengurangi daya serap clodi. Tenang aja, clodi itu lembut lho...Sampai saat ini Jani belum pernah alami rash karena clodi, berbeda dengan menggunakan pospak.

3. Bilas clodi yang sudah direndam detergen, dengan air bersih sebanyak 2x, untuk memastikan busa detergen bersih dari clodi.
Ohya, ketika memeras clodi, disarankan tidak perlu dengan tenaga dalam ya,hehehe, peras biasa aja, biar gak merusak lapisan-lapisan yang ada di clodi.

4. Clodi yang sudah dibilas, saatnya untuk dikeringkan, boleh terkena matahari langsung dan boleh juga tidak. Saya sejauh ini belum mengalami retak di cover karena dijemur langsung di bawah sinar matahari :D
Ada momen wow ketika jemur clodi lho, coba deh lihat insert bekas pup yang sering meninggalkan jejak kuningnya di insert, ketika dijemur akan hilang sendiri. Yeayyy!

Selesai.....

Gimana, mudah bukan? Asal sabar menjalani masa-masa berclodi, pasti akan berbuah senyum, senyum bisa nyelametin lembaran-lembaran uang seratus ribuan rupiah dan senyum karena sudah bantu menjaga bumi. Zaman dulu, ketika belum ada pospak, masa-masa punya bayi, sibuk mencuci popok juga dialami orang tua kita :) Jadi seni,kan? Hehehe.

Jadi, yang sedang bersiap menimbang pakai clodi atau pospak, coba 22nya saja dulu, mudah-mudahan betah dengan berclodi ya! Hehehe. Semangat berhijau!

Love,
-Manda Jani-


2

Dream Flash 2016: Oppo R7S

hayhallo!

Tahun baru tinggal hitungan hari, apa kabar resolusi 2015 yang kita buat dan bingkai dalam hati di akhir tahun 2014 yang lalu? Berapa persen nih resolusi yang tercapai, sobat?
Ok, bahas tahun baru, identik dengan semangat baru. Tentu saja kita gak mau donk hal-hal lemah yang ada pada diri kita di sepanjang 2015 semakin melemah di 2016?

Ok, saya akan bahas satu impian yang mau diwujudkan segera di 2016. Duniawi memang, hehehhe. Jadi selama 2015, setelah adik saya merengek untuk minta handphone saya si yoni yang saya sayang banget *lebay, dan harus rela bersama dengan tablet nyamnyung yang bermasalah sekali dengan baterenya. Huh ngos-ngosan saya dibuatnya. Akhirnya diputuskanlah untuk mencari pengganti. Sudah ada? Belum sih. Saya baru dalam tahap lirak lirik, pilah sana pilih sini. Dan wow! Saya dibuat klepek-klepek dengan kehadiran Oppo R7s, klepek-klepek karena fitur WOW yang ada di Oppo R7s dan pastinya berbanding lurus dengan harga yang wow juga untuk kantong saya. Oke, tidak apa. Yang namanya mimpi dan rasa suka, baiknya diungkapkan kan ya? Perihal akan dikabulkan atau tidak, itu bukan kapasitas saya sebagai manusia,heheheh.


Menurut CEO OPPO Indonesia (8/12/2015) Oppo R7s ini adalah smartphone pertama dari OPPO dengan tagline flash: flash performance, flash charging dan flash camera focus. WOW lagi bukan?

Ok, mari kita lihat Spesifikasi Oppo R7s:

Operating System: ColorOS 2.1, Android 5.1
Processor type: Qualcomm MSM8939 Octa-core
RAM 9gb): 4GB
Capacity: 32 GB
Battery type: 3070 mAh Li-Po (unremovable)
CAMERA: 13 Mp & 8Mp
Screen size: 5.5 inchi
Sim card: dual sim (nano/micro)

Dan buat yang gak suka pegang gadget berat, here we go! Oppo R7s ini sangat ramah genggaman banget, lihat aja nih ditel ukurannya:

Weight: 155g
Thickness: 6.95mm
Length: 151.8mm
Width: 75.4mm

layar tepi lengkung , cover metalik beludru, dan yang sangat penting optimasi anti guncangan. Sangat wow bukan? Oppo R7s akan pas banget untuk nemenin tahun baru 2016 yang kita harap akan jadi tahun yang lebih baik dari tahun sebelumnya.
Yuk yuk mari, biar semakin kesengsem sama Oppo R7s cuss kita tonton videonya ^___^ 





Gimana? Udah ada yang kesengsem sama Oppo R7s  setelah nonton video tadi. Yang warna gold minta dimasukin saku banget yak, hehehehhe.Dan inilah 7 alasan kenapa saya kepengen banget punya Oppo R7s  ini?
1. Karena Oppo R7s bisa bikin saya aktif atau eksis seharian
Keren banget gak sih, punya gadget dengan kamera yang bisa nemenin kita kalo lagi sight seeing melihat kanan-kiri depan-belakang atas-bawah tanpa risau sama yang namanya baterai. 
Bagi saya yang suka jalan-jalan, ini keren banget! Apalagi jalan-jalan ke tempat yang susah sekali ketemu colokan listrik: mendaki gunung, lewati lembah misalnya :)

2. Karena  Oppo R7s punya 4GB RAM, yang artinya kecepatan semakin tinggi dan muatan semakin besar!
Emak-emak pekerja seperti saya, yang suka sekali blogging, baca online, ngumpul di socmed, ini wajibun kudubun banget hehehe. Multitasking tapi gak bikin nge-lag si gadget. Ulalaaaa, ini yang dicari!

3. Karena  Oppo R7s kualitas gambarnya ultra HD
bisa bebas milih kamera belakang atau depan untuk mengabadikan memori-memori seru yang bakal dialami setiap detiknya. Dan ya like  Oppo R7s said: Do not ever forget the detail! Don't!

4. Karena Oppo R7s punya new flash shot andalannya
Momen-momen yang flash, yang sering banget gagal ditangkap hanya karena kameranya lama mendeteksi objek. Ini perih banget, saya masih alami, hihihi. 

5. Karena Oppo R7s bisa SIM Ganda 4G
4G yang sedang diperkenalkan oleh operator seluler Indonesia, yang mana ini juga penting buat maksimalkan komunikasi. Pengen banget deh bisa video call tanpa lelet dan noise-noise lainnya. 

6. Karena Oppo R7s performa perangkatnya unik banget
Bezel ultra tipis2.2mm, layar tepi lengkung 5.5 inci, mereka ini yang bikin Oppo R7s sangat terlihat elegant.

7. Karena saya belum pernah mencoba perangkat OPPO, dan inilah saatnya untuk saya bisa mencoba serunya berseluncur di dunia gadget bersama Oppo R7s.

Wish me luck,then! Go grab your Oppo R7s, fellas!

3

Ibu hamil mendaki gunung Rinjani #Part 3

Sebelum lanjut cerita part 3 dari perjalanan menuju pendakian gunung Rinjani, saya mau membahas sedikit kebiasaan Ibu hamil di trimester ke dua: semangat makannya semakin bertambah, semangat pipis juga lumayan meningkat, ini trimester favorit bagi saya, hehehe, karena di trimester awal, saya lumayan kena dampak sugesti bahwa hamil itu ya ada mual-mualnya, makan tidak terlalu rakus, hehehe. Dan perut masih belum begitu pengap jika diisi makanan, berbeda dengan trimester tiga yang saya rasa, minum air pun bisa bikin penuh perut :p
Jadi, trimester kedua ini saat yang pas buat menikmati lagi hobi bertualang, dimana kondisi ibu dan jabang bayi sudah mulai stabil menurut saya. Alasan ini juga yang memperkuat semangat saya untuk melakukan perjalanan pendakian berdua dengan suami, mendaki gunung Rinjani.

oke, mari kita lanjut....
Setiba saya di pasar Aikmel, perut sudah ada yang ketuk-ketuk, mata berbinar melihat jajanan ala pasar yang disajikan disana: ada bakso, gorengan, kue-kue basah dan jajanan lainnya. Sayang, suami tidak mengizinkan untuk makan selain bekal yang sudah kami bawa, karena perjalanan kami baru akan dimulai dari pasar Aikmel ini.
Sambil menunggu dan melihat-lihat pemandangan yang disuguhkan pasar, saya diminta menunggu dekat keril yang sudah disusun rapih oleh suami, karena suami saya akan menanyakan ke Bapak supir mobil bak terbuka yang sepertinya siap berangkat, apakah masih tersedia 'seat' untuk 3 orang (ya, itu buat kami berdua dan keril,hehehe). Dan yap, kami masih bisa ikut menumpang, tidak ada pilihan lain, mobil bak terbuka inilah yang akan membawa kami ke kaki gunung Rinjani yaitu desa Sembalun :)

Mobil ini spesial, bisa pilih mau duduk menghadap kemana, karena semua arah tersedia, hehehe, ya bisa dibayangkan sendiri eksotisnya menaiki mobil bak terbuka. Bersama kami, naik 2 orang ibu paruh baya, membawa 2 karung bawang putih yang bisa dipastikan itu bawang putih impor :(. Haishhhh, syukurlah masa mual sudah berlalu, jadi berdampingan duduk dengan si bawang tak akan jadi masalah. Dengan jumlah penumpang 3 orang dewasa dan dua orang anak kecil, bismillah, kami berangkat menuju desa Sembalun.


Di sepanjang jalan, saya dapat merasakan segarnya udara hutan, pukul 10 pagi di kala itu, matahari sedang di posisi tepat bagi saya untuk sedikit merasakan terpaan sinar mentari pagi ditambah angin gunung yang sudah mulai terasa. Untuk mengurangi jenuh, saya lanjutkan makan bekal (pear xiang lie dan choco crunch dan susu), sesekali terus merayu dua anak kecil dan ibu-ibu yang duduk tak jauh dari saya, walaupun sukses ditolak sambil membalas senyum terkantuk-kantuk. Saya juga tak ketinggalan mengantuk. Tapi kantuk saya tidak bertahan lama, karena ada sekawanan monyet yang selalu meyambut ketika ada mobil lewat, sepertinya mereka hafal, jika ada mobil lewat pasti akan ada makanan yang dilemparkan untuk mereka. Melihat jarak antara mobil dan kawanan monyet tidak terlalu jauh, sayapun bertanya ke ibu-ibu yang di sebelah saya: Boleh saya kasih makanan? Bolehla, kata ibu itu dengan cepat.
Choco crunch dan sisa pear saya lemparkan dan wuzzzz mereka berebutan satu sama lain. Seruuu...! Dan...1,5 jam berlalu, sampailah kami di basecamp gunung Rinjani. 




Kami melakukan registrasi di basecamp, bayar tiket masuk dan bernegosiasi dengan porter yang dicari langsung oleh salah satu petugas basecamp. Sayang, cerita tentang porter ini sedikit pahit, sehingga kami memutuskan untuk mendaki berdua saja, tanpa porter, sementara keril yang berat itu murni dibawa sendiri oleh suami saya.
Tentang porter akan dibahas di judul sendiri ya ;)

Jam 1 siang kami putuskan untuk memulai pendakian. Diantar dengan motor sampai di bawak nao, biar memotong track, itu pesan teman saya. Dan benar saja, disana banyak bule yang sudah menyelesaikan pendakiannya, berkumpul pula porter yang ikut dengan si bule. Sayang, mereka terlalu lelah jika harus langsung mendaki, jadi usaha mencari porter pengganti pupus sudah.
Jam 1.30 mulai menyusuri bawak nao, bertemu ladang, gerombolan sapi yang dibiarkan begitu saja mencari makan, dan istirahat sejenak untuk makan siang dengan memandang puncak Rinjani.
bumil sedang menikmati nasi udang yang dibeli di rm. dekat basecamp sembalun


2 keril super berat, deuter itu harusnya saya yang bawa,
 tapi suami merasa ia masih kuat untuk bawa dua keril itu

Makan selesai, hawa sudah mulai dingin, lama berdiam akan semakin dingin. Jadi setelah suami selesai merapihkan ulang keril, kami mulai berjalan lagi. Dan Maha Baik Allah pertemukan kami dengan 1 grup yang juga sedang mulai pendakian. Mereka bertiga yang selanjutnya akan banyak menolong kami, yang kami repotkan perjalanannya. Mereka adalah Mas Jan dan tim.
Inilah mereka:

Sengaja disamarkan foto ini, biar penasaran,
heheheheh, padahal yang ambil foto lupa setting mode :p
Perjalanan menuju pos 1 masih kuat saya lalui tanpa banyak mengeluh capek, karena mengejar matahari yang sudah akan terbenam. Penyakit saya, kalau melihat gelap takut akan semakin menghantui. Jadi saya kuatkan untuk mengikuti ritme Mas Jan dan timnya. Setelah melewati ladang, kami akan masuk ke kumpulan hutan yang menurut cerita Mas Jan, baiknya kami bisa keluar dari situ sebelum maghrib. Hamdalah, we made it!
Setelah shalat maghrib di pos 1, kami lanjutkan lagi perjalanan, hari sudah mulai gelap dan saya sudah mulai parno, jadi disusunlah urutan baru: teman mas Jan 1, Mas Jan, saya, suami dan teman mas Jan 2. Agak tertatih saya rasakan, karena memang kondisi psikis saya sudah tidak prima lagi. Hampir 2 jam dari pos 1 menuju pos 2, saya dengar samar-samar Mas Jan dan tim diskusi untuk mau lanjut saja ke pos 3 dan akan ngecamp disana, dan kami, disarankan untuk ngecamp di pos 2 saja. Mengingat saya yang sudah tidak ada lagi suaranya, pasti itu lelah sekali kata Mas Jan. Mengingat kami ini kan tujuannya menikmati alam, tidak ada target khusus disana, yang jelas ada 2 hari lagi spare waktu kami di Rinjani, sebelum bertolak kembali ke Bandung via Bali.

Sampai di pos 2 kira-kira pukul 7.30, saya amat senang, ini waktunya saya beristirahat, dan lagi, disana sudah ada yang ngecamp 1 tenda. Mas Jan dan tim pun tidak lantas meninggalkan kami dan terus melaju ke pos 2, tapi berhenti untuk istirahat di pos 2. Kami makan snack bawaan teman Mas Jan dan menyapa penghuni tenda yang sudah ngecamp, rupanya ada Dian dan temannya yang telah selesai mendaki. Tak lama kemudian, datang 1 grup jumlah anggotanya sembilan, mereka bawa 3 porter dan akan meneruskan perjalanan sampai ke pelawangan sembalun malam itu juga. Sama seperti Mas Jan dan tim, mereka pun berhenti di pos 2 untuk istirahat dan bertukar sapa dan makanan. Mereka dari Jakarta rupanya. Satu yang menarik dari grup ini adalah beberapa dari mereka melakukan trail running pada saat pendakian, wow. Malam-malam, trail running, itu seruuuu bukan? hehehe, trail running ampuh untuk usir penat bagi mereka yang suka, saya  sih lumayan suka untuk agak trail running ketika turun pendakian, hehehe.
Kami menghabiskan malam di pos 2, melihat bintang yang jaraknya begitu dekat. Mas Jan dan tim membantu sampai suami mendirikan tenda. Setelah tenda set, saya pun langsung shalat isya dan melakukan rutinitas: minum obat penguat rahim dan makan lagi, kemudian baru tidur, seingat saya, suami masih melanjutkan obrolannya dengan Dian.

lanjut di part 4 ya....

Biaya yang dikeluarkan:
Mobil bak terbuka dari pasar aikmel-sembalun: 30.000/orang
Ojeg dari basecamp sembalun ke bawak nao: 15.000/orang
Nasi bungkus dengan udang goreng dan sayur: 30.000
Nasi bungkus dengan ikan laut dan sayur: 35.000





Back to Top