10

Cumi di mata kakang :D

Hello, world!

Hari ini mau cerita tentang sosok yang menjadi duniaku, bukan kamu, tapi yang tinggal di bumimu itu lho, iya kamu, kakang :) ~terDODITisasi

Nah, sebelum cerita sesuai judul, baiknya saya awali dengan cerita Dodit, lho koq? Iya, jadi saya dan kakang kesemsem bangetlah sama gaya stand up comedy-nya Mas Dodit ini, entah karena dia sebangsa sama kakang, yaitu bangsa Mas-Mas atau karena dia jago main biola, yang jelas Dodit mampu bikin rumah mini kami jadi berasa ramai.

Back to the top, jadi saya dan kakang ini gak berbeda jauhlah dunianya, secara mertua sempat tinggal lama di muara enim dan memang ibu mertua asli pribumi muara enim. Jadi, masakan sumatera sedikit banyak kakang tahu. Tapi, sayangnya saya suka seenak hati asyik masak masakan yang sesuai lidah saya bukan lidah kakang (maksudnya masakan jawa), karena setiap ditanya, kakang pengen dimasakin apa, pasti selalu dijawab dengan, apa saja yang penting buatanmu *saya langsung termehek-mehek lebay*.

Alkisah, semalam saya masak cumi asam padeh manis, cumi ini didapat secara tidak sengaja di pasar dan Alhamdulillah cuminya ada telurnya :9 Dan terjadilah dialog singkat ketika kami sedang santap makan malam.
Me       : Nih telur cumignya, coba deh makan.
Kakang : Malah nyuapin nasi dan kuah, katanya kalau pake telur cuminya gak bisa dinilai dengan jelas (QA bangetlah si kakang ini). Kemudian sendokan kedua adalah telur cumi. kakang ngunyah-ngunyah penuh arti.
Sesuap demi sesuap akhirnya nasi dan cumi habis juga dimakan oleh kami berdua. Dan kakang nyeletuk: Telurnya enak, jauh lebih enak dari cuminya sendiri. Cumi tuh kayak karet, kenyal-kenyal ra jelas. Besok-besok bisa kan ya beli telur cuminya aja.

Me      : Ada-ada aja deh, di Bangka kan telur cumi ini jadi komoditi incaran, karena dari telur cumi ini maka ada penganan khas Bangka yang namanya kritcu, keripik telur cumi. Dari dulu kan kritcu mahal, ya dibanting getas/kretek, kritcu jauh di ataslah harganya.

Singkat cerita, saya jadi nambahin catatan di otak saya, besok-besok kalaulah ingin masak seafood, saya akan mengusahakan udang, kerang atau kepiting saja yang gak kenyal-kenyal macam sotong/cumi. Kan katanya senyumnya suami tuh senyumnya para malaikat. Siapa yang gak mau disenyumin malaikat? Yuk, berusaha bahagiakan suami dan buat suami selalu tersenyum :)

Salam,

-vi^^-


8

Menuju bulan ke-5 :)

Alhamdulillah wa syukurillah....Bahagia tak terkira...Akhirnya ada yang jedag jedug di perut :*

Kalau dulu cuma berasa ada kayak gerombolan kupu-kupu *anggaplah begitu*. 8 April kemarin tepatnya, perut kayak ada yang mukul, sampe berasa ke jantung gitu vibrasinya, dan ku hitung 6x dan ada jeda, langsunglah nge-chat bundanya kaina, katanya itulah tendangan yang sebenarnya. Subhanallah...Haru rasanya.

Nah bahasan berikutnya adalah bahasan mulai galau menjadi emak idealis. Idealis disini maksudnya nanti bayi gak mau dikasih dot bentuk apapun itu, paling banter pakai cup feeder, menolak pospak maunya pakai clodi, dan mengusahakan bayi ditinggal ibunya bekerja tetap dengan kehidupannya sebagai bayi :D

Jadi, dimulailah tahap mencari informasi, mempertimbangkan, dan kemudian akan memilih.
Diawali dengan membaca kehidupan bayi pasca 3 bulan yang mulai aktif mengenal dunianya, terpikirlah kalau jadi saya menitipkan bayi ke tetangga yang di sebelah rumah, bayi akan lumayan beraktifitas di luar dan terkena paparan udara luar nih: tetangga yang sudah menjadi gebetan ini, putra bungsunya akan masuk SD tahun ini, otomatislah ibu tetangga akan antar-jemput putranya, di rumah dia punya warung kecil, berarti bayi akan ditinggal saat dia melayani pembeli, paparan rokok mungkin akan ada karena tetangga lain yang sering beli rokok di warung ibu tetangga dan ngobrol di warung ibu tetangga itu.
Akhirnya, saya coretlah opsi yang sudah sejak lama dibahas ke suami ini.

Meluncurlah ke tahapan hunting daycare, walaupun baru via online, lumayan puas :D Eh tapi, ternyata gara-gara daycare ini ada beberapa gaya emak idealis yang 'harus' pupus juga, yaitu penggunaan cup feeder. Karena hampir semua daycare, sejauh ini baru empat daycare dan semuanya bilang: Wah, bu, kalau pakai cup feeder sepertinya lumayan repot yah. Kami biasanya menyarankan para bunda untuk menggunakan dot. Wakakakkakakak. Kebayang kan hanya gara-gara ini gak ada yang mau dititipin bayi. 

Masalah clodi sejauh ini belum banyak yang secara tegas menyarankan pospak. Semoga begitu yaaa, bukan karena hemat semata, tapi karena ingin anak bahagia dengan memakai clodi, sedari kecil diajarkan cinta lingkungan,heheheh.

Baiklah, sampai disitu saja bahasannya ya. Yang jelas excited sekali menjadi ibu baru :) Sama kan yang kalian rasakan dear kak Ria Nugroho dan Diah :* 
We must be a happy mommy for having a happy family 






Back to Top