Semangat Pagi ^___^
Posting kali ini saya persembahkan untuk GA dari mbak Niar dengan tema Aku Cinta Bahasa Daerah. Ohya, Kalau berbicara bahasa, pasti kita ingat ada yang namanya bahasa ibu, yaitu bahasa yang sehari-hari ibu atau keluarga ajarkan kepada anak-anaknya.Tapi, apakah bahasa Ibu selalu bahasa asli daerah sang Ibu, atau bahasa daerah tempat dimana kita berdiam? Semuanya tergantung kemauan menggunakan yang mana. Seperti keluarga dimana saya dibesarkan, kami menggunakan bahasa tempat dimana kami berdiam, yaitu bahasa Bangka :). Mama saya berasal dari minang, tepatnya daerah Kayu tanam, sedangkan Ayah berasal dari Kayu Agung, OKI, Sumsel. Saya dan adik-adik lahir dan dibesarkan di Pangkalpinang.
Namun, kedua orang tua saya memang mengajarkan anak-anaknya berbahasa Pangkalpinang, namun, tidak semua bahasa Pangkalpinang boleh kami ucapkan, karena menurut pandangan mama ada beberapa ucapan yang kurang sopan kalau digunakan.
Misalnya, dari kecil saya diajarkan untuk menggunakan kata sapaan jika ingin menyapa adik. Sangat dilarang keras menggunakan kata sapa 'kamu versi bahasa Bangka' yaitu ikak, ka, ki. Mama mengajarkan untuk memanggil adik-adik dengan sapaan aak dan adek. Berbicara tentang kalimat panggilan untuk anak, di setiap daerah mungkin berbeda ya, kalau di Jawa Barat ada aa', teteh, eneng, akang. Jawa tengah dan timur ada Mbak dan Mas. Minang ada Uni dan Uda. Pun dari daerah Ayahku, Kayu Agung ada gelaran yang berbeda untuk memanggil anak-anaknya misalnya (sesuai urutan dari yang tertua): Oob, Gulu, Tongah, hehehhe urutan berikutnya saya nggak tahu.
Karena dari sapaan saja kami sudah dipanggil ala Pangkalpinang, jadilah saya dan adik-adik sama sekali tidak bisa bahasa Jime Owam (sebutan untuk orang Kayu agung). Tapi, saya punya 2 kalimat sakti, yang lumayan sering saya pakai saat menyapa saudara dari Ayah.
Onyi bite? / Apa kabar?/ Jawabnya: Waras. / Baik./
Onyi yang niku gawikon? / apa yang kamu kerjakan?/
Saya jadi berpikir, minimnya bahasa owam saya mungkin karena faktor tidak bisanya Mama berbahasa yang sama kayak Ayah, sehingga ada rasa malas Ayah untuk menggunakan bahasa owam, nggak punya temen ngobrol.
Dari situlah saya jadi ngayal-ngeyel, besok-besok, kalau saya bersuamikan orang yang beda daerahnya dengan saya, saya akan gunakan hari bahasa di keluarga kecil kami kelak. Ini salah satu cara mengajarkan keluarga khususnya anak-anak agar bisa berbahasa, yah minimal pas mudik bisa obrol-obrol dengan sanak saudara. hehehe. ambil 2 hari aja dalam seminggu, misalnya:
senin&kamis
Bahasa Indonesia yang baik
Selasa&Jum'at
Bahasa daerah suami
Rabu&Sabtu
Bahasa Asing (kayaknya baru Bahasa Inggris aja :D)
Minggu
hari suka-suka (kalau bisa, ya bahasa daerah tempat kami berdiam, mis:bandung)
Tuh kan, jadi lucu, dan jadi nggak kaku di rumah, InsyaAllah, biar semuanya ngobrol, biar semuanya saling belajar :). Ehya, mungkin ada yang bertanya, koq bahasa daerah saya nggak dimasukin di jadwal? *GR*. Ya, itu karena lumayan mudah untuk berbahasa melayu, khususnya melayu Bangka. Huruf ujung tinggal diganti 'e' 'e-nya persis kayak ucapan e pada bahasa betawi', cuma nadanya melayu. Bingung ya? Ini nih, belajar sedikit yukk, barangkali ada waktu berkunjung ke pulau kami :)
Ape kabar? | Baek, sihat.
Neg kemane? / Mau kemana?/
Berape harge ikan ni? / Berapa harga ikan ini?/
Aok. / Iya./
Aoklahpun. / oke deh/
Lah makan lom? / sudah makan belum?/ | lah/lom, ini jawabannya sudah/belum|
Langok ku. / saya bosen/
ku itu kata ganti saya
ka/ki itu kata ganti kamu
ikak/ ben diorang kata ganti mereka
die kata ganti dia (perempuan/laki-laki)
Kalau menyapa orang tua yang seumuran orang tua kita bisa gunakan bik dan amang (bibi dan paman)
kalau menyapa orang yang lebih tua sedikit dari kita bisa gunakan Abang (untuk laki-laki) dan Ayuk (untuk perempuan).
2500 disebut due setengah kalau di palembang, tengah duo :D
kalau dilihat-lihat dari beberapa kata, ada yang sama kayak Palembang, pontianak, betawi dllnya. Ya, itulah ibaratnya satu rumpun, satu tangkainya bisa disemai dimana saja :)
Darimanapun kamu dan saya berada, dan bahasa yang kita gunakan juga mungkin berbeda, tapi ingatlah, kawan, kita tetap serumpun di Indonesia, serumpun sebagai penghuni bumi. Dan semoga jadi semakin cinta Negeri ini. Layaknya saya yang jatuh cinta dengan Indonesia hanya gara-gara kagum dengan bahasa daerah yang teman-teman kampus saya punya, apalagi daerah asal teman-teman saya itu hampir mewakili semua daerah di Indonesia, Sabang-Meraukenya. Tapi kami masih bisa berteman, karena terlepas dari bahasa daerah yang masing-masing kami punya, bahasa Indonesia tetap jadi bahasa penghubung kami :)
Berikut gambar rumah adat Bangka (hehhe, maaf yang jadi model itu adik saya, aak deta). Bentuknya mirip limas kalau dilihat-lihat, karena sebelum November tahun 2000, pulau kami ini masih bergabung dalam kesatuan propinsi Sumatera Selatan.
rumah Panggung, adat Bangka di Bangka Botanical Garden, Pangkalpinang :) |
Postingan ini diikutsertakan di Aku Cinta Bahasa Daerah Giveaway.
Ku cinta kek bahasa daerah, ikak?
Love,
-vi^^-