Di dunia ini tidak ada yang adil. Seadil-adilnya putusan adalah putusan di yaumul hisab nanti, hari perhitungan
Mengutip kata-kata seorang shifu saya yang selalu memberi motivasi untuk tidak menyerah pada dunia. Rasa-rasanya kutipan tersebut bagus sekali untuk menyemangati saya yang tak pernah berhenti menangis ketika menonton film korea ini.
Jadi, tadi malam, suami membawakan saya soft copy film Miracle in Cell No.7, sembari menunggu waktu shalat maghrib saya sekilas menonton film ini, cuma karena belum tertarik dan mau maghrib jadi belum menonton secara khidmat. Selesai maghrib barulah mulai terbawa suasana film.
Dari sisi saya, melihat film ini bukan dari alur, bukan dari konten atau apapun, tapi saya ingat, sebodoh apapun orang itu (red: terbelakang mental,IQ rendah) dia pasti punya sisi Rahman dan Rahiim yang Allah tanamkan dalam hati setiap hambanya.
------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Lee Yong-gu, adalah seorang ayah dengan keterbelakang mental yang punya seorang putri berumur 6 tahun yang amat sangat dia cintai, Ye-Sung. Apapun Lee Yong-gu lakukan untuk membuat putrinya tersenyum. Termasuk, menabung untuk dapat membelikan putrinya tas sailor moon. Tapi,sayang, suatu hari, di saat uang tabungannya mencukupi untuk membeli tas, tas itu sudah dibeli orang, disinilah dendam seorang komisaris jenderal polisi dimulai. Anak tuan komisaris tersebut yang membeli tas, dan suatu hari, saat anak jenderal tersebut menyapa dan berniat mengejek Lee Yong-gu bahwa di toko lain ada banyak yang menjual, Lee Yong-gu mengikutinya dan naas, anak jenderal tersebut tergelincir jalan yang ber-es salju dan kecelakaan sehingga meninggal.
Lee Yong-gu yang terus mengikuti dari belakang hendak menolong dengan memberikan CPR(cardiopulmonary resuscitation): dengan melonggarkan celana sang anak agar perderan darah lancar, menekan dada dan terakhir memberi nafas buatan. Di saat bersamaan ada seorang ibu yang melihat kejadian itu dan berkesimpulan negatif bahwa Lee Yong-gu melakukan pelecehan seksual kemudian membunuh anak tersebut. Dari sinilah cerita sedih dimulai dan dari sini pulalah cerita tentang persahabatan antara sesama orang baik (teman satu sel berikut sipir penjara, guru Ye-Sung, dll) dimulai.
Namun, tidak semulus cerita dalam film india, film ini memberikan ending yang menyedihkan bahwa Lee Yong-gu tetap dihukum mati dengan intimidasi yang terjadi di belakangnya. Ye-Sung tumbuh menjadi anak yang pintar dan menjadi pengacara, dialah yang akan mengusulkan sidang kembali terhadap Lee Yong-gu 20 tahun kemudian, dan berhasil membersihkan nama ayahnya, walaupun sudah tiada :)
-----------------------------------------------------------------------------------------------------------
Di saat-saat penantian mempunyai keturunan, ini jadi refleksi bagi saya dan suami. Sudah siapkah kami berkorban sedemikian rupa untuk putra/i kami kelak, dan bagi kedua orang tua kami, sudahkah kami berbakti dengan segala daya upaya. Ahhh, rasa-rasanya apapun yang kami beri tidak pernah cukup membalas cinta kasih kedua orang tua kami.
Dan di tengah-tengah sedihnya saya menonton film, saya bersyukur, Allah pilihkan saya seseorang yang masih bisa menangis ketika Allah tunjukkan ayat-ayat kauniyahnya (ayat-ayat yang tertulis di muka bumi) ^__^
Best moment dari film ini:
1. Keterbelakangan mental tidak lantas membuat Lee Yong-gu menelantarkan putrinya, tapi sebaliknya. Setiap pendapatan yang ia peroleh, dicatat dan disimpan dengan baik oleh putrinya, Ye-Sung, lengkap dengan pos keperluan dan nominalnya.
2. Saya belajar dari arogansi seorang ayah sekaligus pemangku jabatan yang tidak mau tidak ada orang yang dipersalahkan atas apa yang terjadi. Padahal, secara SOP di dunia hukum, penyelidikan harus dilakukan dengan runut bukan dengan tergesa-gesa.
3. Hari eksekusi Lee Yong-gu bertepatan dengan hari lahir putrinya, walaupun sudah melakukan perpisahan, saat keduanya menyadari inilah waktu terakhir pertemuan seorang ayah-anak, saat itulah dimana kita tidak bisa memutuskan takdir yang sudah ditetapkan. Layaknya kematian yang niscaya yang akan terjadi pada setiap hamba yang bernyawa.
Dan ya....Selamat menonton film ini ya...Semoga kebaikan-kebaikan yang tersirat di dalamnya bisa kita ambil untuk memperkaya hidup :)
Salam,
-vi^^-
11 comments
bookmark daftar tontonan baguus :)
Enggak ngerti deh ,ba, knp sampe sekarang aku g bisa suka sama film korea. hihihihihi
masuk list dulu, masih ada K-drama yang lagi ditonton :)
dibalik kekurangannya beliau masih punya rasa kasih terhadap sesama
K-drama... Yahuud
baru baca reviewnya aja udah sedih :(
boleh jg nih ditonton :D daripada maen game terus aku dikamar hehe
kaya nya asik tuh . . .
salam kenal,,mampir diblog q ya ,, , , ,
cerita dalam film itu mirip dengan cerita tetanggaku, tentu ngga sampe masuk penjara...cuman seorang ayah yang cacat yang sangat mencintai putri satu-satunya dan selalu berupaya ingin membahagiakannya, tanpa memikirkan kekurangan sendiri
kalau terbelakang mental seharusnya bisa dong dibebaskan atau dikurangi hukumannya
Wahh..., jadi kepengen ikutan nonton film ini, hehe....
Ini yang bikin aku maju-mundur mo nontonnya. Soalnya aku cengeeeeeeeeeeengggg..
Aku malu kalo nangis di depan komputer, ntar ada yang komen, "Ngapain kamu nangisin dia? Sodara bukan, temen bukan," hehehehe..
Ntar ah tonton sendirian :D