9

Jadi (calon) Ibu di hari Ibu :)

Bismillah ^__^

Hayhay hallo semua, walaupun telat, mau mgndoakan seluruh Ibu di dunia blogger, selamat hari Ibu ya ;) Semoga setiap detik yang Ibu korbankan tercatatkan sebagai pahala di hadapanNYA..Amiin.

Tgl 16
^Seperti sehari sebelumnya, saya mendoakan sahabat blogger Diah karena tgl 17 besok hari spesialnya dan sembari mengakhiri doa saya untuknya, saya juga minta dia mendoakan saya perihal sesuatu :D
^Gak masuk kantor karena demam, kecapekan karena hari sebelumnya datang auditor yang setiap tahun mengaudit fisik material, full day di gudang dan demam nambah hebat.
^Malam hari rikues ke kakang untuk diantarkan ke apotik, beli test pack (bukan beli obat, karena dilarang keras oleh kakang minum obat-obatan karena udah telat haid), ealah, rupanya si merah karburatornya kemasukan air karena hujan deras seharian, jadi kakang berinisiatif jalan kaki menuju apotik, tapi sayang banget itu Apotik tutup :(

Tgl 17
^Pagi banget udah mention Diah di twitter, sekaligus mendoakan agar hari ini berjalan lancar. Lama banget deh dibales, kalau gak salah malem, Alhamdulillah..All praises to Allah diah ngabarin bahwa dia minta didoakan lagi untuk tgl 8 Januari 2014. Nah, urusan tanggal apa ini, silahkan ditanya saja ke orangnya langsung :p
^Istirahat siang kerjaan numpuk dan gak sempet ke apotik :( tibalah sore dan hujan. Keluar kantor jam 6.03 berarti 1 jam lebih mundur dari jadwal biasa. Emosi agak kacau di sore itu (efek habis baca milis emak hamil yang bilang kalau lagi hamil bawaannya suka mewek), syukurlah kakang yang menemani dengan sabar.
^Di jalan menuju gerbang kantor, sudah membahas buah sukun yang menul-menul di pinggir pagar batas kantor, dan pengen banget sukun itu, dan dengan beraninya si kakang ambil satu sukun dengan sebelumnya senyum ke bapak satpam (sebagai tanda meminta izin). Sayanya dimana? Ngumpetin muka pakai payung :))
^Sampailah di apotik yang dituju, dan saya langsung nanya ke mbak Apotekernya, minta diambilkan 2 jenis test pack, satu yang murah dan satu yang gak murah, hahahaha. Yang murah itu kalau gak salah merknya Onemed, 4k saja, dan satu lagi merknya sensitif, 20k. Mbak Apt. itu cerita kalau Sensitif tidak harus menggunakan urin pertama di pagi hari, bisa kapan saja tes urinnya, kalau yang Onemed itu harus air urin pertama di pagi hari. Tibalah saat membayar, yang total pembelian test pack itu 24 k, di dompet kosong melompong, Kebiasaan setelah punya kartu ATM BRISyariah, belanja lebih menyenangkan dengan gesek EDC :( Mulai ngubek-ngubek tas [jangan ditanya dimana dompet kakang, karena satu dari list barang yang selalu dilupa olehnya adalah dompet beserta isinya] dan voila di saku celana kakang ada 27ribu rupiah. Alhamdulillah, kan gak lucu ya gak jadi beli setelah dari tadi udah nimbang badan dan nanya semuanya :|
^Ayo buruan shalat maghrib, itu kata-kata kakang yang sedari tadi dikumandangkan sepanjang perjalanan menuju dan dari apotik. Sampai rumah kakang yang langsung wudhu dan shalat, saya yang masih semangat membaca aturan main si test pack, langsung bergegas mengelap dengan tisu cangkir yang terbuat dari botol yang lupa ceritanya itu dibuat untuk apa. Saya betul-betul memastikan ini cangkir kering dan nggak ada kontaminasi apapun di pinggirnya, karena saya mau urin saya murni ketika dicelupkan test pack nanti (berlebihan? iya emang :p namanya juga mau pertama kali dalam hidup :D)
^Urin sudah tertampung, dengan menyeringai saya celup tuh test pack, xixixixi, deg-degan positif/negatif sih enggak, malah deg-degan ini bener gak ya nyelupnya, dsb,dll :D
Alhamdulillah, ternyata nyelupnya bener, nggak sampai satu 1 menit garis pertamanya muncul diikuti garis kedua...Alhamdulillah lagi garisnya jelas, tapi ada yang bikin takut juga sih, garisnya bukan berwarna pink tapi berwarna ungu, setelah baca lagi di bungkusnya, ternyata warna hasil test pack bergantung dari HCG yang ada pada diri pengetes. Ehya belum dilanjutkan ya episod dramanya, jadi setelah bergaris dua, langsung mau peluk kakang dan bilang, positif nih, Alhamdulillah...Fabi ayi ala i rabbikuuma tukazziban? Dapet kecupan bertubi-tubi dan pelukan hangat, tapi nggak lama, yaiyalah, saya belum shalat maghrib.
^Habis shalat maghrib, nangis terharu biru sambil sesengukan bilang makasih, maaf dan sebagainya ke kakang tersayang. Didoakan dan disuruh mengucapkan janji..Apa janjinya? (to be continued ya kalau yang ini, yang jelas semua dalam rangka menjadi orang tua shalih dan dalam rangka dianugerahi anak shalih)

Tgl 18
^Test pack lagi pake yang murah meriah itu, sama seperti yang pertama, tidak butuh 1 menit untuk lihat 2 garis tebal berwarna merah yang menandakan saya positif hamil.

Inilah penampakannya, foto diambil pagi hari, otomatis satu test pack yang udah dianggurin semaleman warnanya sudah agak pudar.

Hasil test pack: Our baby :*

Mohon doanya dari teman-teman semua ya, semoga momentum hari Ibu ini bisa menambah semangat kita, kami untuk menjadi orang tua terbaik untuk anak-anak kita. Menjadi Ibu yang merupakan sekolah pertama anak-anaknya, melahirkan generasi yang lebih baik dari para orang tuanya :)

Semoga saya&calon baby diberi kesehatan jasmani dan ruhani, dan semoga dengan adanya baby bertambah terus rasa abid saya&kakang terhadap Allah..Amiin Allahumma Amiin.

Rabbi habli minasshalihin ^__^

Peluk-peluk untuk semua Ibu dan Calon Ibu,

-vi^^-





11

Miracle in Cell No.7 *Appa saranghae

Di dunia ini tidak ada yang adil. Seadil-adilnya putusan adalah putusan di yaumul hisab nanti, hari perhitungan
Mengutip kata-kata seorang shifu saya yang selalu memberi motivasi untuk tidak menyerah pada dunia. Rasa-rasanya kutipan tersebut bagus sekali untuk menyemangati saya yang tak pernah berhenti menangis ketika menonton film korea ini.

Jadi, tadi malam, suami membawakan saya soft copy film Miracle in Cell No.7, sembari menunggu waktu shalat maghrib saya sekilas menonton film ini, cuma karena belum tertarik dan mau maghrib jadi belum menonton secara khidmat. Selesai maghrib barulah mulai terbawa suasana film.

Dari sisi saya, melihat film ini bukan dari alur, bukan dari konten atau apapun, tapi saya ingat, sebodoh apapun orang itu (red: terbelakang mental,IQ rendah) dia pasti punya sisi Rahman dan Rahiim yang Allah tanamkan dalam hati setiap hambanya.
------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Lee Yong-gu, adalah seorang ayah dengan keterbelakang mental yang punya seorang putri berumur 6 tahun yang amat sangat dia cintai, Ye-Sung. Apapun Lee Yong-gu lakukan untuk membuat putrinya tersenyum. Termasuk, menabung untuk dapat membelikan putrinya tas sailor moon. Tapi,sayang, suatu hari, di saat uang tabungannya mencukupi untuk membeli tas, tas itu sudah dibeli orang, disinilah dendam seorang komisaris jenderal polisi dimulai. Anak tuan komisaris tersebut yang membeli tas, dan suatu hari, saat anak jenderal tersebut menyapa dan berniat mengejek Lee Yong-gu bahwa di toko lain ada banyak yang menjual, Lee Yong-gu mengikutinya dan naas, anak jenderal tersebut tergelincir jalan yang ber-es salju dan kecelakaan sehingga meninggal.

Lee Yong-gu yang terus mengikuti dari belakang hendak menolong dengan memberikan CPR(cardiopulmonary resuscitation): dengan melonggarkan celana sang anak agar perderan darah lancar, menekan dada dan terakhir memberi nafas buatan. Di saat bersamaan ada seorang ibu yang melihat kejadian itu dan berkesimpulan negatif bahwa Lee Yong-gu melakukan pelecehan seksual kemudian membunuh anak tersebut. Dari sinilah cerita sedih dimulai dan dari sini pulalah cerita tentang persahabatan antara sesama orang baik (teman satu sel berikut sipir penjara, guru Ye-Sung, dll) dimulai.



Namun, tidak semulus cerita dalam film india, film ini memberikan ending yang menyedihkan bahwa Lee Yong-gu tetap dihukum mati dengan intimidasi yang terjadi di belakangnya. Ye-Sung tumbuh menjadi anak yang pintar dan menjadi pengacara, dialah yang akan mengusulkan sidang kembali terhadap Lee Yong-gu 20 tahun kemudian, dan berhasil membersihkan nama ayahnya, walaupun sudah tiada :)
-----------------------------------------------------------------------------------------------------------

Di saat-saat penantian mempunyai keturunan, ini jadi refleksi bagi saya dan suami. Sudah siapkah kami berkorban sedemikian rupa untuk putra/i kami kelak, dan bagi kedua orang tua kami, sudahkah kami berbakti dengan segala daya upaya. Ahhh, rasa-rasanya apapun yang kami beri tidak pernah cukup membalas cinta kasih kedua orang tua kami.
Dan di tengah-tengah sedihnya saya menonton film, saya bersyukur, Allah pilihkan saya seseorang yang masih bisa menangis ketika Allah tunjukkan ayat-ayat kauniyahnya (ayat-ayat yang tertulis di muka bumi) ^__^

Best moment dari film ini:

1. Keterbelakangan mental tidak lantas membuat Lee Yong-gu menelantarkan putrinya, tapi sebaliknya. Setiap pendapatan yang ia peroleh, dicatat dan disimpan dengan baik oleh putrinya, Ye-Sung, lengkap dengan pos keperluan dan nominalnya.

2. Saya belajar dari arogansi seorang ayah sekaligus pemangku jabatan yang tidak mau tidak ada orang yang dipersalahkan atas apa yang terjadi. Padahal, secara SOP di dunia hukum, penyelidikan harus dilakukan dengan runut bukan dengan tergesa-gesa.

3. Hari eksekusi Lee Yong-gu bertepatan dengan hari lahir putrinya, walaupun sudah melakukan perpisahan, saat keduanya menyadari inilah waktu terakhir pertemuan seorang ayah-anak, saat itulah dimana kita tidak bisa memutuskan takdir yang sudah ditetapkan. Layaknya kematian yang niscaya yang akan terjadi pada setiap hamba yang bernyawa.


Dan ya....Selamat menonton film ini ya...Semoga kebaikan-kebaikan yang tersirat di dalamnya bisa kita ambil untuk memperkaya hidup :)

Salam,

-vi^^-


11

Mengeluh~

Assalamu'alaikum wrwb,

Hola hola eperibadih :)

Selamat 2 muharram, tahun baru hijriyah...Semoga apa-apa yang mengandung kebaikan yang kita lakukan semakin meningkat, dan apa-apa yang mengandung keburukan yang kita lakukan semakin menurun, Amiin.

Aku mau bahas 'mengeluh' nih, sebenarnya ini juga bagian dari mengeluh, tapi semoga bisa saling share ya, mengeluh seperti apa sih yang masih masuk dalam batas kewajaran. Kalo menurut pendapat saya sih, mengeluh yang masih wajar adalah mengeluh yang tidak mengumbar aib diri, tidak terlalu sering, dan mengerti siapa saja yang boleh dengar keluhannya :D

Yuk, kemon kita coba bahas satu-satu menurut kepala saya.

Saya agak risih sebenarnya, risihnya bukan cuma sesekali, tapi tiap hari kerja. Ada-ada saja yang masuk ke telinga karena banyaknya orang yang mengeluh sembarangan. Karena saya ini tipikal orang yang kepikiran, jadi aja sering ngasih efek buruk ke saya. Astaghfirullah jadi merinding mau bahasnya juga nih :(

1. Mengeluh dengan mengumbar aib diri
Kadang, ketika menceritakan diri kita pribadi, ada hal-hal yang kita lupa menahan, sehingga tanpa sadar kelurlah aib diri (termasuk aib suami/anak/keluarga), padahal perkataan itu adalah doa. Bayangkan kalau kita sering mengeluh dan berucap buruk tentang diri kita/orang lain, kalau itu jadi doa gimana?
Misal: 
~Duh! Aku gak tidur nih tadi malem, ngantuk banget sekarang, anakku nakal sih, lagi seneng-senengnya main | Lha, mungkin maksudnya anaknya lagi aktif-aktifnya main,jadi dia diajak main sehingga tidur larut malam sekali. 
Semua orang mungkin sudah tahu, masa tidur anak bayi memang berbeda dengan manusia dewasa yang sudah tahu siang atau malam, jadi ya seringnya begitu, tapi bukankah mengeluh dengan heboh dengan kalimat tadi adalah menandakan kita belum siap jadi orang tua, yang belum mau nerima resiko jadi ortu baru yang punya anak bayi?.

2. Mengeluh terlalu sering
Nah, kalau yang ini, mengeluh kan sesekali ya, kalau terlalu sering namanya ngedumel bukan sih? Apa-apa dikeluhkan, baik dikeluhkan buruk apalagi. Bagi orang yang mengeluh mungkin dia tidak merasa, setelah kata-kata yang keluar dari mulutnya dia jadi lega, tapi apa pernah memikirkan orang yang di sekitarnya? Merasa terganggu dengan keluhan-keluhannya.
Hidup ini kan seperti sebuah bayangan, selalu ada sisi hitam dan putih, selalu.

3. Siapa saja yang boleh mendengar keluhan?
Kalau saya akan jelas-jelas mengucapkan dengan lantang, yang boleh mendengarkan adalah suami saya saja. Mengapa? Karena salah-salah kita memilih tempat yang dikeluhkan malah itu akan menjadi boomerang
Misal: Mengeluh tentang kerjaan, dan diungkapkan dengan plus-plus, plus ngatain atasan, ketika ada orang yang menyampaikan ke atasan hal tersebut akan rusaklah relasimu dengan atasan. Kecuali, jika mau mengeluhkan beban kerja, boleh diobrolkan dengan atasan, tapi lagi-lagi, ini bukan mengeluh, Karena sejatinya, job descirption untuk sebuah posisi sudah runut diuraikan. Dan satu lagi, ada yang mengeluh tentang tempat kerjanya/berdiamnya, tapi masih betah saja untuk tetap tinggal tanpa melakukan perubahan atau tindakan, rasanya percuma. Jadi, memang mengeluh tanpa aksi perbaikan memang penuh kesia-siaan bukan? Banyak mengeluh merupakan indikasi tidak bersyukur (Qs.An-Nahl: 18).

Note to my self: Orang yang suka mengeluh sangat tidak baik untuk diberi amanah menjaga rahasia. Ada waktu-waktu tertentu yang akhirnya amanah itu akan diabaikannya juga.

Semoga ada ibrohnya :)

Salam,

-vi^^-

26

Couple traveler

Cwiwit...

Judulnya nampak meyakinkan ya, hehehhe. Padahal mungkin gak seidealis isinya deh :D
Jadi begini, rasa syukur dikasih pasangan yang saya banget tuh rasanya luar biasa. Kenapa? Ya, ada-ada saja kesamaan yang bikin senyum-senyum sendiri, walaupun banyak juga drama yang terjadi perihal perbedaan di antara kami :D 

Kami ini suka banget traveling, tapi bak salah satu acara tv, saya hobi traveling yang agak nyaman, dan kakang lebih suka yang serba petualangan. Jadi, agak susah untuk merayu suami untuk liburan ke lombok sekedar merasakan deburan ombak di 3 gili, baring-baring cantik di pasir, lha, wong dianya udah nge-tag kalo ke lombok kudu mampir rinjani, kalau nggak, ya nggak sama sekali ke lombok. Ini sih ceritanya curcol ngebahas liburan yang masih jauh di mato tapi dekat di tangan, tiketnya udah ada maksudnya,hihihi.

Kembali ke judul, couple traveling ini resmi diniatkan setelah menikah, dulu sebelum menikah, dua kali sih satu trip bareng suami. Dua-duanya ke gunung, satu ke Mahameru dan satu lagi ke Gn.Ciremai. Nah, trip pertama kami summit sebagai couple yaitu ke Gn.Merbabu. Baru-baru ini. Ini juga masih summit bareng anggota tim yang lain.

Nah, kalau ditanya ada gak perbedaan nge-trip sebelum dan sesudah nikah? Ada banget, yang pasti, semuanya romantis, apalagi bisa berdoa sama-sama sambil menatap awan dan lukisan alam yang indah. Ini Subhanallah sekali T___T

Tapi, perubahan drastis itu ada di saya sih, entah kenapa semenjak menikah saya ini jadi manjaan orangnya, apa-apa kayaknya susah dilakuin, pegel dikit lapor, apa-apa lapor, apa seneng kali ya ada yang merhatiin sekarang, jadi aja manjanya tumbuh. Maklum, tujuh tahun hidup sendiri sebagai perantau di kota orang :) Pas ketemu makhluk berjenis manusia super duper perhatian jadinya keenakan.

Nge-trip berdua suami memang seru, kita bisa berbagi tugas sebelum-saat dan sesudah traveling. Misalnya: 
^^ Saya bagian nge-list barang bawaan dan menyiapkannya, suami bagian packing ke daypack/keril

^^ Kalau ada yang pegel, bisa dipijitin tanpa risih disentuh oleh bukan mahramnya
 
^^ Saat summit, hal yang paling saya takutkan adalah: lambatnya langkah saya bisa mengurangi semangat anggota tim yang lain, nah, karena pergi bareng suami, jadi ada yang bersedia menemani deh, kalau istirahat walaupun tim udah jalan, kita bisa break berdua saja terus nyusul.

^^ Barang bawaan nggak terlalu banyak, karena gak semuanya ada dalam satu pundak, beban dibagi ke pundak pasangan ~kalau saya, tetep keril suami yang paling berat, saya biasanya cuma bawa daypack yang isinya makanan semua :|

^^ Saya pernah bilang ke suami, dulu, waktu masih tahap teman," Kalau mau tahu sifat asli seseorang, ajak dia naik gunung". Perjalanan ke puncak gunung sampai pulang itu butuh sabar dan kekompakan, no egois, jadi ya akan terlihat, capek sama-sama, senang sama-sama, nggak timpang. Dan terbuktilah, kakang sabar dan telaten banget mastiin saya masih fit atau nggak ketika trekking

^^ The last but not least: Bisa pose berdua di tempat mana saja yang kita suka. Dari dulu, suka banget ngayal ngeyel, pengen deh kalau ke tempat-tempat yang indah itu bersama suami. Dan ya, Allah Maha Mendengar, IA berikan kakang untuk temani hari-hari. Alhamdulillah, I'm blessed :)

Kemarin, esok, dan seterusnya, perjalanan bersamamulah yang akan selalu dinanti, diingat dan diinginkan. Ahh, semoga hari menginjakkan kaki berdua ke Baitullah itu segera tiba..Amiin :)

Sunset, Merbabu Mt. 13 October 2013

Salam,


-vi^^-


9

dibutuhkan: Kreatifitas menyembunyikan bawang :D

Big NO NO to bawang dan kawan-kawannya!


Kalimat itu mungkin yang nempel di headband suami saya sejak kecil :D

Ya, suami saya anti banget sama yang namanya bawang. Selidik punya selidik, fobia bawang ini diturunkan oleh Bapak mertua, hihihi, dulu bapak mertua pernah keenakan makan bawang yang dibakar, saking merasa enaknya, bapak mertua makan sampe begah, dan esok hari dan seterusnya enggan lagi untuk makan sesuatu yang ada bawangnya.

Nah, postingan kali ini dikuhususkan buat mereka yang punya fobia sama kayak suami, semoga bisa membantu ya dan semoga ada yang bisa ngasih trick juga, maklum, khazanah sayuran tanpa bawang yang saya miliki masih sedikit :)

Anyway, Seumur hidup saya, belum pernah nemu yang punya fobia bawang, paling banter ada di taraf 'gak suka', dan entah kenapa saya dikasih hadiah seseorang yang luar biasa untuk saya dan dia anti bawang :D Jadi, sejak kenalan, udah mulai tuh dikenalin dengan fobianya ini. Awal-awal saya masih suka nyepelein fobianya ini sampai suatu hari dia mumun gara-gara termakan bawang (sedih banget lihatnya). Jadilah, mulai saat itu belajar mengakali bawang ini, tapi tetap tidak menghilangkannya dari dunia perbumbuan (bisa ngebayangin gak, masak apapun gak pake bawang, huhu, rasanya entah kemana ya).

Berikut sedikit pengalaman dalam mengakali bawang:

1. Masak Sop apapun, tetap menggunakan bawang putih, terutama jika telah tercampur lada dan jahe, pasti tersamarkan.

2. Bikin nugget, di resep nugget, hampir semuanya menggunakan bawang bombay dan bawang putih, karena bawang bombay ini wanginya khas, jadilah saya hanya bisa menggunakan bawang putih. Cara menyamarkan adalah dengan mencincang bawang putih ini sampai benar-benar mini :D Karena dia akan menyebar di adonan nugget dan banyak rasa lain yang menyamarkan ini, InsyaAllah penyamaran akan berhasil hahahhah

3. Tumisan, jika selama ini kita lebih suka menumis pake terasi, bisa digantikan dengan menumis dengan modal saus tiram. Jikalau rindu sekali tumisan berterasi, tumis bumbu sampai masak benar, agar si bawang merah jadi tidak terasa.

4. Saus bolognese, sama kayak bikin nugget, saya cuma pakai bawang putih aja, sampe-sampe gak kerasa bumbunya, cuma terasa saus tomat+cabe+daging cincang, tapi kata suami, enak, dan saya terpaksa mengiyakan :D

Selesai. Kayaknya cuma 4 ini tricks yang saya punya, ada yang mau menambahkan? Ditunggu banget lho ^__* So far untuk masakan minang, saya masih bisa menyelipkan bawang-bawangan, karena banyak rempah yang lain yang menyamarkan bau bawang tersebut. Tapi kalo masakan bangka dan masakan palembang, masih pilih-pilih, takut masih ada bau bawangnya.

Ohya, untuk mereka yang fobia bawang kayak suami saya ini, pergi makan di luar tuh nggak bisa asal-asal dan coba-coba, semuanya harus dipastikan no bawang :) Ujian kesabaran pertama jatuh pada bawang, dududu ada-ada aja yah. 




Back to Top