Suka..Suka..Suka..Masak

Tadaaaaaaaaaaaaaaaaa....................Aku ingin menjadi seperti ini

 Ya...panda yang jago masak. Ketika ingin memiliki sesuatu sejatinya kita harus mulai memantaskan diri untuk menjadi 'yang layak'. Seperti aku, yang mulai memantaskan diri menjadi panda (walaupun panda itu identik dengan tinggi, besar dan gendut), bolehlah aku panda versi imutnya (dengan tinggi yang yah...lumayanlah kalo untuk megang sapu,dengan badan yang belum gendut-gendut ajah, cuma punya modal pipi yang nggak pernah kempes...hohoho)

Aku suka masak...Sejak Mama habis masa kontrak hidupnya. Karena Mama pergi di bulan Ramadhan yang otomatis setelah Ramadhan disambut dengan Idul Fitri, saat itu jugalah ku buktikan bahwa aku mampu belajar masak.

Kepikiran masak itu sebenernya hanya untuk niat menghibur adik-adikku dan Ayah, yaitu dengan menyajikan masakan yang sering dibuat oleh Mama pada saat lebaran. Tapi ternyata lumayan di atas standar rasanya, alias TOP bgt (kata ayah dan adik-adikku). Inget banget, pas lebaran di tahun 2006 itu, lebaran pertama kami tanpa Mama, aku memasak 7 lauk khas lebaran(khususnya di keluarga kami): Rendang, Soto santan, Sambel hati sapi, Semur Daging Sapi, Sambel Asam, dan Ayam kecap kacang. Tidak lupa juga makanan penyerta yang selalu ada di lebaran yaitu Pempek(lenjer saja) dan tekwan. 

Kalau ku ingat-ingat Lebaran itu aku suka senyum-senyum sendiri, mengingat kegigihanku memasak yang didasari oleh satu hal yaitu Ingin melihat senyum di hari Bahagia umat muslim dari orang-orang tercinta. Benar sekali, Cinta bisa menjadi penggerak turbin yang sekalipun turbin itu berkarat.

Mulai dari sanalah, lebaran di tahun berikutnya aku menambah menu misalnya membuat kue bolu (blackforest,cake english), membuat es kopyor, membuat cookies nogat, cookies coco crunch, kastangel. 

Aku senang jika liburan bisa berlama-lama di rumah, biar bisa masak apa yang ku suka. Karena aku ini sangat cerewet kalo urusan makanan, makanya suka kulineran, makanya badannya segini-gini aja, makanya aku harus bisa masak.

Yang selalu ku perhatikan kalau kuliner:

1. Kebersihan, ntah itu tempat jualannya, tempat meracik/memasak makanan sampai si penjualnya (sampai saat ini,jika ke pasar misalnya,aku belum pernah makan di tenda-tenda yang ada di pasar, bukan di warung, hanya lapak kecil, apalagi melihat ember tempat mereka mencuci oiring hanya satu, terkhayal olehku, begitu tidak bersihnya piring/mangkok yang akan ku pakai nanti), apalagi penjualnya yang tidak menggunakan sarung plastik pada saat meracik,misalnya: Mang bakso, dari pegang rokok langsung meracik, atau minimal sebelum menyajikan  dia bisa cuci tangan, kecuali penjual siomay, baso tahu atau batagor yang ketika menyajikan menggunakan garpu/alat bantu lainnya.

2. Kelezatan makanan
hihihi, ini sih pasti, maksudku, kalau pertama kali aku kesana udah nggak sreg sama rasanya, aku nggak akan kesana lagi.

3. Keramahan tukang jual
Heiii, aku itu anti di-jutekin(apalagi aku adalah calon pembeli yang akan membeli produk yang mereka jual), pernah nggak nemuin tukang jual, ntah itu pelayan yang sok-sokan gitu, ntah itu di resto atau di pasar, dengan muka sok-sokan mengira kita nggak mampu bayar, dia layani seadanya. Biasanya, yang seperti ini khusus bagi mereka yang amatiran, yang belum punya SOP.

Aku pernah makan dengan seorang teman di sebuah resto yang cukup elit dengan pemandangannya yang indah di kawasan dataran tinggi Bandung. Nah, pas lagi makan, meja di sebelah kami baru kedatangan seorang tamu(dilihat dari celingak-celinguknya sih sepertinya pengunjung pertamax dan bukan orang bandung, mereka suami istri),  Kemudian datanglah si mbak pelayan, dengan begitu sok-sokan menyodorkan buku menu, dan tahukah sodara-sodara, ia hanya bertengger bak burung tanpa menjelaskan menu-menu yang ada (tidak seperti pada saat melayani aku dan teman, yang dengan semangat ia menjelaskan menu-menu terbaik resto).

Ku amati terus meja itu sampai salahsatu dari 2 orang tersebut memesan menu. Si mbaknya tetap dengan wajah jutek. Dan ku lihat suami-istri itu sangat tidak nyaman. Dan terbukti, tidak sampai setengah jam mereka bersama makanan tersebut, mereka pergi. Dan yang membuatku kaget, ketika memberikan uang dan bil, dengan lembut si istri berkata pada si mbaknya,'tidak usah dikembalikan kembaliannya mbak, itu tip dari kami'.

Ku lihat ekspresi mbak itu sangat Malu...dan terus mengucapkan maaf sampai pasangan tersebut keluar resto.

Mengapa mbak itu Malu, sodara-sodara? Sebagai pelayan, dia tahu, restonya ini bukan terkenal karena makanannya, tapi karena pemandangannya yang bagus. Pengunjung yang datang bisa menghabiskan minimal 1 jam untuk makan disini, karena memang tempat  ini indah untuk bersantai dan menikmati alam.

Aku hanya senyum-senyum kecil sembari menyimpulkan sendiri, mengolah sendiri ekspresi dari mereka tadi. Ntah itu hanya pradugaku atau benar adanya, yang jelas, aku hanya ingin menyampaikan pesan, 'pembeli adalah raja, dan layaknya raja, semuanya sama dalam hal diberikan pelayanan'.

Nice life ^__^

1 comment

16 January 2011 at 14:41

O..suka masak ya?wah bisa jadi sumber penghasilan yang "wah" tuh. Cheff itu bayarannya mahal loh,..
Eh, kok sama ya, saya juga sangat memperhatikan kebersihan, terlebih lagi soal makanan

Thanks bwt kunkungan dan follownya. Saya follow balik ya, no 9.. Senang punya teman baru

Post a Comment
Back to Top