0

Refleksi 1 bulan Benjol crown

Tanggal 5 sebulan silam tepat kejadian dalam satu episod kehidupan harus ikhlas ku jalani.

Siang itu,dikala panas menyengat dan semangat pun menjagad,ternyata ada scene lain yang harus menjadikanku sebagai pemerannya.


Kecelakaan sebagai pedistrian ke-2 yang ku alami di Bandung

Menyeberang sudah sesuai aturan, toleh kanan-kiri, melambaikan tangan tanpa lelah dan tentu saja di saat keadaan lengang. Namun,apa mau dikata,episodnya tetaplah yang terindah, satu langkah lagi kaki menginjak trotoar,tiba-tiba datanglah motor tentu saja berpengendara dengan kecepatan cukup tinggi untuk kondisi jalan yang 2 meter lagi terdapat persimpangan empat.


Dan buarrr dengan mulus membenturkan tubuhku dan berputar hingga kepala menghantam trotoar,tentu saja aku, sang pedistrian tidak menggunakan pelindung kepala. Dan selang berapa detik aku kembali menguasai alam bawah sadarku dan tahu bahwa aku telah mengalami kecelakaan, ku lihat rok jeans yang ku kenakan sobek hingga nyaris sampai ke lutut, baju biru lautku lengan kirinya sobek, dan sayang sekali es cendol yang baru saja ku beli di emang yang mangkal di depan TB TOGAMAS yang belum sama sekali ku cicipi manis cendolnya, sudah hancur melumuri lengan kiriku.


Aku sadar betul kepalaku menghantam trotoar begitu tepatnya dengan momentum gaya yang cukup besar, dan ku pegang terus kepalaku sampai aku dibopong ke apotek yang berada tidak jauh dari lokasi TKP. Ku rasakan benjol yang mulai membesar sembari berkata sambil mengusap benjol, 'ini benjol, ia semakin membesar'.

***


Akupun tiba di RS.Halmahera yang berada di JL.Riau untuk diberikan pertolongan medis, dimasukkan di UGD,dengan benjol diberi es, dan ku rasakan nyeri dan sakit yang luar biasa yang ditimbulkan oleh benjol.

Masuk ruang X-Ray, akupun difoto (Tengkorak dan bagian persendian kaki), Alhamdulillah, tidak ada retak. Aku memang muntah saat di rontgen, karena memang sedari pagi aku belum sarapan. Dan karena muntah itulah aku harus diobservasi, kalau-kalau ada geger otak.


Semalam di Halmahera. Semalaman juga aku merasakan saat-saat bahagia menjadi hamba Allah yang selalu dinaungi kasih sayangNya. Ku rasakan jam 8 malam rambutku basah dan ku lihat bantalku berwarna merah dan ternyata benjol pecah, darahnya terus merembes, sehingga untuk menutup lubangnya suster harus mencari sumber lubang tempat darah ini keluar, dan ditemukanlah lubang kecil itu, rambut di area benjol yang merembes dibersihkan agar mudah untuk dilakukan tindakan, dan syukurlah karena lubangnya kecil,hanya butuh betadine agar tidak infeksi.


Benjol sangat ku sayangi, sampai saat posting ini dibuat, aku belum berani tidur searah dengan benjol,karena biasanya ia akan memberikan reaksi pusing luar biasa. Selama itu pulalah aku tidur miring ke sebelah kiri, walaupun tidak jarang aku merasa letih dengan tubuh kiri yang selalu menjadi penumpu.

Cuma semalam aku dan benjol diinapkan. Karena, 2 hari setelah itu aku harus menjalani sidang sarjana. Aku merasa sehat, jadi ku pikir tidak ada alasan bagiku untuk menunda sidang. Sidanglah aku dengan benjol yang terus menempel layaknya mahkota seorang puteri.


Seminggu berlalu, benjol masih dalam bentuknya,belum beranjak kempes apalagi mengecil. Karena khawatir, akupun periksa ke dokter bedah syaraf dan ketika datang untuk berobat,dokter dengan santai bilang 'tenang saja,belum 3 minggu kan?', akupun pulang dengan 1 kaplet obat 'nonflamin'. Nonflamin ini berbentuk kapsul dan aku sangat tidak bisa minum obat apalagi berbentuk kapsul. Akhirnya demi benjol ku beranikan untuk minum dengan cara membuka cangkangnya.

Namun,2 hari minum obat ini, benjol memang sedikit kempes tapi efeknya luar biasa, setiap pagi sewaktu bangun tidur,aku harus bersandar dengan posisi duduk agar pening dan mual di kepala hilang, sesekali ku tidurkan lagi,sampai pemanasan selesai baru dunia serasa tidak seperti di komedi putar [lagi]. Kejadian ini berulang sampai 4 kali.

Ku putuskan untuk menghentikan obat itu dan mengembalikan diri untuk tidak minum apa-apa. Terus-terus dan terus membelai benjol sambil hmmm aku kadang-kadang bersyukur tapi malu, dengan adanya benjol. Dari benjol ini aku diuji kesabaran. Ya, kesabaran itulah ujian terbesarku.


Sampai saat posting ini dimuat, benjol masih ada,cuma tingginya sekarang masih tersisa 0,5cm. Dengan kejutan yang masih ada ketika aku misalnya menoleh, menidurkan kepala,itu masih ada, saraf kagetku masih belum normal. Syukurnya pendengaranku sudah mulai seimbang, walaupun konsentrasi masih belum full. Tentu saja phobia masih ada.


Benjol, sampaikan pada saraf kaget dan pusing, bahwa aku sudah banyak belajar, aku sombong dengan hidup,aku pilih kasih merawat kalian,aku jarang memperhatikan kalian, nutrisi kurang, kecukupan kalian beristirahat kurang, maafkan aku,kawan. Maukah kalian pergi bersama,dan bolehkah kalian mengajak migrain juga?

Aku..Akan sabar menunggu episod dimana kalian harus pergi setelah selesai memberi makna pada hidupku. I'll be waiting ^__^



With love,


Vi^^

Sent from my BlackBerry®
powered by Sinyal Kuat INDOSAT

Back to Top